eportal.id, Thailand – Indonesia terdiri atas banyak suku, salah satunya suku Dayak Kenyah dari Kalimantan yang terkenal karena keunikannya. Suku ini punya ciri khas telinga yang panjang dengan banyak anting.
Ternyata selain suku Dayak Kenyah, masih ada suku lain di belahan bumi ini yang juga terkenal karena ciri khasnya yang unik tapi juga sedikit mengerikan.
Salah satu suku unik tersebut adalah suku Karen dari Thailand Utara, lebih tepatnya di provinsi Chiang Rai. Wanita suku Karen ini memiliki ciri khas leher yang memanjang.
Jika ingin melihat keunikan suku Karen, maka wisatawan bisa mengunjungi Baan Tong Luang yang berada di Chiang Rai.
Suku Karen bukanlah suku asli Thailand, melainkan berasal dari dataran tinggi Tibet. Kemudian pindah ke Myanmar tepatnya di Karen State yang berbatasan langsung dengan Thailand.
Ada beberapa etnis yang memutuskan untuk pindah ke Thailand dikarenakan adanya bentrok dengan pemerintah setempat. Suku Karen menganut paham animisme, tetapi kini sebagian kecil dari mereka beralih kepercayaan ke agama Kristen.
Wanita Suku Karen mewajibkan dirinya untuk memanjangkan leher dengan menggunakan tumpukan kawat dari kuningan.
Kawat kuningan itu mereka pakai sejak umur 5 tahun sampai mereka meninggal. Awalnya, wanita suku Karen akan diberi 2-3 tumpuk gelang, kemudian setiap 2-3 tahun sekali ditambahkan lagi sampai mereka berumur 19 tahun.
Saat mereka menginjak umur 19 tahun, gelang-gelang tersebut akan diganti dengan gelang kuningan yang terbuat dari 1 besi lonjor panjang. Gelang tersebut berbentuk melingkar atau dililitkan pada leher mereka.
Wanita Suku Karen menganggap semakin panjang leher mereka, maka akan semakin cantik di mata pria. Jadi, tak heran jika mereka melakukan tradisi unik ini sejak masih gadis agar lehernya tampak lebih panjang.
Jumlah gelang di lehernya pun ditentukan oleh usia mereka. Jika bertambah usia maka jumlah gelang di lehernya pun juga akan bertambah.
Maka tak aneh jika wanita suku Karen ini juga dikenal sebagai wanita dengan leher terpanjang di dunia.
Tak hanya leher saja, wanita suku Karen juga memasang gelang kuningan tersebut pada kaki dan tangannya.
Gelang itu tidak boleh dilepas sama sekali, dan harus mereka pakai saat melakukan semua kegiatan sehari-hari seperti mencuci, tidur, memasak, dan menenun.
Namun ada saatnya dimana gelang kuningan ini boleh dilepas, yaitu ketika menikah, melahirkan dan meninggal dunia, atau ketika gelang itu akan dibersihkan.
Kalung besi ini juga berfungsi sebagai tameng agar mereka terhindar dari serangan binatang buas. Dahulu Suku Karen hidup di pedalaman sehingga tak heran jika mereka sewaktu-waktu bisa bertemu dengan hewan-hewan buas.
Gelang itu berat sekali loh, untuk wanita dewasa rata-rata berat gelangnya bisa mencapai 5 Kg. Itu belum ditambah dengan gelang di kaki mereka seberat 1 Kg.
Penggunaan kalung besi seberat itu tentu saja mengandung resiko bagi mereka. Beban tersebut dipercaya bisa merusak struktur tulang wanita suku Karen.
Karena beban seberat itu, tulang selangka, tulang bahu, dan tulang rusuk mereka jadi turun. Itulah yang menyebabkan leher mereka terlihat panjang.
Semakin bertambah umur, maka resikonya pun akan semakin besar, sehingga kebanyakan wanita suku Karen hanya hidup sampai umur 45-50 tahun saja.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sebagian didapatkan dari kunjungan wisatawan. Sebagian lainnya dari hasil berburu di hutan-hutan.
Tak hanya itu saja, mereka juga dapat membuat kerajinan tenun hingga ukiran kayu. Tenun yang mereka buat biasanya untuk dipakai sebagai selimut, pakaian, topi hingga kaus kaki. Keahlian menenun itu diwariskan secara turun-temurun.
Kalau kita mau masuk ke desa mereka, kita harus membayar tiket masuk 300 Baht atau sekitar 109.000 rupiah. Bagi wisatawan yang ingin berfoto, dianjurkan membeli souvenir-souvenir atau kain tenun yang mereka jual. (rnd)
Comment