Candi Ganter Diduga Tempat Pelarian Kertajaya di Pertempuran Ganter

eportal.id, Malang. Dalam Kitab Pararaton, tertulis peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah berdirinya Kerajaan Singosari, peristiwa itu adalah pertempuran Ganter (The Battle Of Ganter).

Pada tahun 1144 Saka atau 1222 Masehi, terjadi pertempuran Kerajaan Dhaha di bawah pemerintahan Kertajaya versus Kerajaan Tumapel di bawah pemerintahan Ken Arok, dan berakhir dengan kemenangan Ken Arok, sekaligus berakhirnya masa pemerintahan Kertajaya.

Menurut sumber-sumber kuno, pertempuran Ganter terjadi di Dusun Ganten, Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

Berdasarkan Prasasti Hantang yang diterbitkan tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi, daerah Hantang atau sekarang disebut Ngantang, berstatus daerah otonomi khusus (terdiri dari 12 desa kuno) yang mendapat hak istimewa dari Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Raja Jayabaya.

Hak istimewa tersebut dianugerahkan, usai Mpungku Naiyayikarsana memohon anugerah kepada Raja Jayabaya, agar status daerah Hantang didharmakan di Gajapada dan Nagapuspa yang ditulis di atas “Linggapala”.

Prasasti tersebut di tulis dengan huruf kuadrat yang besar dan melintang, sedangkan di tengah terdapat cap kerajaan berupa “Narasinga” yang berbunyi Panjalu Jayati atau Panjalu Menang.

Sebagaimana kutipan terjemahan Kitab Pararaton,”Maka Raja Dandhang Gendis mundur dari pertempuran mengungsi ke alam dewa bergantung-gantung di angkasa beserta dengan kuda pengiring, kuda pembawa payung dan pembawa tempat sirih, tempat air minum, tikar semuanya naik ke angkasa”.

Raja Dandhang Gendis adalah sebutan Raja Kertajaya, dan yang paling menarik, Kertajaya sempat bersembunyi di suatu candi atau disebut Pararaton sebagai “Alam Dewa”, dan besar kemungkinan tidak jauh dari lokasi perang ganter.

Pada masa itu, candi dianggap sebagai areal netral dan suci, serta berada dalam perlindungan para dewa, otomatis tak boleh satu tetes darahpun jatuh disekitar lokasi itu, baik itu berstatus kawan maupun lawan.

Lokasi candi tersebut berada di areal perbukitan atau pegunungan atau disebut Pararaton sebagai “Angkasa”, karena perbukitan atau pegunungan terpararel dengan kepercayaan masa itu sebagai tempat persinggahan para dewa.

Kalimat “kuda pengiring, kuda pembawa payung dan pembawa tempat sirih, tempat air minum, tikar semuanya naik ke angkasa”, semakin menguatkan dugaan, Raja Kertajaya bersembunyi di candi itu.

Diduga, candi sebagaimana tertulis dalam Kitab Pararaton adalah Candi Ganter, dan candi ini sebenarnya masih berstatus mengambang, karena belum adanya keterangan resmi dari pihak otoritas yang berwenang menangani benda-benda purbakala.

Namun, warga setempat meyakini batu bata kuno yang ada di perbukitan itu berstatus purbakala, dan diduga bagian dari bangunan candi.

Keberadaan candi tersebut berada pada ketinggian 894 mdpl (meter diatas permukaan laut). Bila ditarik garis lurus dari balai desa Tulungrejo menuju lokasi batu bata kuno ini, berjarak 2 kilometer. Sedangkan berdasarkan koordinat, batu bata kuno tersebut berada di 7°49’38.3″ lintang selatan dan 112°23’36.4″ lintang timur.

Saat ini, kondisi Candi Ganter hanya berwujud susunan batu bata kuno yang tak beraturan atau masih berserakan dari atas hingga bawah bukit.

Ada 2 jenis batu bata kuno di lokasi tersebut, terbuat dari batu andesit dan bata merah.

Benarkah Candi Ganter tempat Raja Kertajaya melarikan diri pasca pertempuran Ganter ? jawaban yang pasti adalah semua masih tanda tanya, karena belum ada bukti otentik dan verifikasi resmi yang menjelaskannya. (dodik)

Comment