Membelah Bukit Budaya di Tengah Ketepatan Ukur

eportal.id, Malang – Bukit di Dusun Ganten, Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, pagi (rabu,19/8/2020) ini diserbu pasukan baret hijau. Tujuan pasukan tersebut bukan untuk bertempur, tapi mengukur jarak jalan dari titik 0 hingga titik perbatasan.

Koramil 0818/04 Ngantang bersama Pemdes Tulungrejo dan Linmas Tulungrejo, melakukan pengukuran secara manual. Kondisi jalan bergelombang dan ekstrim, tak membuat nyali kendor, sebaliknya semangat extra.

Dari keterangan Babinsa Tulungrejo Serma Nursahid, jalan itu masih berstatus jalan setapak, dalam artian belum tersentuh pembangunan moda transportasi darat. Kelebaran jalan beragam, ada yang mencapai 3 meter, tapi ada yang cuma 1 meter.

“Kelebaran rata-rata tidak standard, banyak ruas jalan yang tidak bisa secara bersamaan untuk simpangan kendaraan bermotor. Ada beberapa ruas kelebarannya cuma 1 meter dan ada yang rusak berat”, katanya.

Menurut keterangan Kasun Ganten M.Ikhsan, lokasinya berada di ketinggian 864 hingga 1.216 mdpl (meter di atas permukaan laut). Suhu udara rata-rata di pagi hari mencapai 22° hingga 24°C, dan di malam hari mencapai 16° hingga 19°C.

Selain masih jalan setapak, kemiringan jalan bisa dikatakan masuk kategori ekstrim, alias di atas 15°, dan ada yang hampir 45°. Apabila hujan, sebagian jalan terlihat mirip sungai, lantaran banyak lekukan tanah yang menjadi aliran air.

Sementara itu, Danramil Ngantang Kapten Arm Heru Santoso dikejutkan banyaknya titik arkeologi di sepanjang jalan, tempat dimana pengukuran dilakukan. Dari tumpukan bebatuan kuno terbuat dari andesit hingga arca kuno setinggi 2,2 meter.

“Jalan ini potensi bisa jadi jalur wisata budaya, sangat disayangkan kalau masih setapak seperti ini, harusnya tersentuh pembangunan. Kalau moda transportasi darat bisa standard, lalu lintas bisa nyaman, durasi tempuh normal”, katanya.

Situs watu gilang, konon menyimpan sejuta misteri yang hingga kini masih diselimuti kabut tebal, lantaran belum diketahui secara pasti, kapan dibangunnya bangunan kuno itu.

Selain watu gilang, ada puthok atau gundukan tanah yang diduga menyimpan bebatuan kuno. Dugaan itu berdasarkan visualisasi supranatural dari pengunjung asal Bali yang meyakini ada struktur bangunan kuno didalamnya.

Tidak hanya itu, arca perwujudan sosok resi yang mirip Dewa Brahma, ada di samping persis badan jalan setapak. Arca ini sendiri masih misteri, namun ada setitik terang kejelasan masa pembuatan, yaitu di masa pemerintahan Kerajaan Singosari.

Sebelum masuk ke titik 0, ada tumpukan bebatuan kuno yang disebut warga setempat, Candi Ganter. Candi ini juga menyimpan misteri, lantaran ada 2 jenis bebatuan dalam satu areal, dan ada beberapa batu yang tercecer dimana-mana, sekaligus menambah kebingungan seperti apa bentuk originalnya. (dodik)

Comment