Pemkab Purbalingga Serius Tingkatkan Kualitas Air Baku Dalam Menyikapi Kerusakan Sumber Daya Air
Purbalingga – Pemerintah kabupaten Purbalingga Menyikapi kerusakan sumber daya air yang masif, Pemda berkomitmen terus perkuat dan meningkatkan kualitas air baku. Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemkab Purbalingga Suroto saat ditemui akan mengefektifkan usaha-usaha untuk penguatan terkait hal tersebut.
“Kami menyambut baik ide dan gagasan bagaimana kita mengefektifkan usaha-usaha untuk perkuatan dan peningkatan kualitas air baku di mana kita seluruhnya itu berkepentingan dalam hal ketersediaannya baik secara kualitas maupun secara kuantitas tidak bisa dipungkiri bahwa sampai dengan hari ini kita mengalami kerusakan sumber daya air yang sangat masif yang kalau kita biarkan tentu akan merugikan bukan hanya anak cucu kita bahkan generasi kita,” tambah Suroto pada Rabu (29/05/2024).
Pemkab Purbalingga telah menempuh kebijakan yaitu menggandeng berbagai pihak secara berkesinambungan untuk menjaga dalam pemanfaatan air. Kebijakan yang sudah ditempuh saat ini adalah, pertama upaya secara berkelanjutan dengan menggandeng seluruh pihak para pengguna air baik di bidang pertanian maupun peternakan serta penggunaan untuk air-air permukaan seperti PDAM untuk sumber air minum dan lain sebagainya secara terpadu bersama-sama bagaimana serius agar upaya ini secara nyata terwujud dan produktif setiap tahun.
Suroto memberi contoh Obyek Wisata Owabong yang menggunakan mata air secara terus menerus melakukan reboisasi di tanah-tanah yang dikuasai oleh Perusahaan milik Pemkab Purbalingga tersebut. Owabong sudah secara kontinyu juga melaksanakan upaya reboisasi di tanah-tanah milik atau yang dikuasai Owabong termasuk mendorong masyarakat juga untuk menanam bantuan-bantuan bibit,”ungkap Suroto.
Terkait konservasi sumber daya air, Suroto berharap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Perum Perhutani agar selektif melakukan program Kehutanan Sosial.
“Kita memohon kepada pemerintah pusat yakni Kementerian lingkungan hidup maupun Perum Perhutani agar lebih selektif dalam melaksanakan program kehutanan sosial dimana terhadap lahan-lahan areal yang memang memiliki kemiringan tertentu dan tidak ramah konservasi jika digunakan untuk kelompok sosial agar dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai hutan lindung sehingga dampak yang kita tumbuhkan adalah terpeliharanya sumber mata air yang ada sekarang ini dan harapan yang lain akan muncul mata air mata air baru setelah setelah adanya reboisasi yang cukup,” ujar Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemkab Purbalingga Suroto.
“Upaya yang lain yang kita dorong sekalipun juga membutuhkan biaya yang cukup besar adalah pembangunan sumur-sumur resapan terutama di daerah-daerah yang memang di luar cekungan air tanah lah harapannya dengan sumur air sumur resapan ini maka akan memperpanjang masa pakai atau debit air sumur di lahan-lahan mereka,”imbuhnya.
Sementara itu, Plt Direktur Perumda Owabong Eko Susilo menyadari betul bahwa Owabong sebagai obyek wisata air juga turut serta dalam upaya-upaya pelestarian dan lingkungan hidup.
“Sebagai objek wisata air yang dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten Purbalingga itu menggunakan air itu sebagai sarana wisatanya Namun demikian kita kurang lebih sudah berusia 18 tahun eksis, sementara ini praktis baru digunakan untuk permainan-permainan saja,” ucap Eko Susilo.
Untuk itu, kata Eko Susilo, pada tahun 2024 ini, obyek wisata milik Pemkab Purbalingga dalam konservasi sumber daya air akan menambah kegiatan wisata edukasi terkait pemahaman mengenai daya rusak air dan pemanfaatan sumber daya air. Dengan memberikan satu bibit tanaman kepada pengunjung untuk ditanam di halaman rumah mereka masing-masing.
“Kami ke depan ini akan lakukan edukasi yang lebih konkret lebih nyata lagi yaitu dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke Owabong itu Nanti insya Allah kami akan koordinasi akan memberikan bibit baik itu buah atau bibit tanaman konservasi yang nantinya itu akan apa akan dilombakan dengan cara masyarakat yang datang atau pengunjung yang datang setelah pulang nanti boleh memilih tanaman buah atau tanaman konservasi lainnya kemudian di rumah di tanam,” jelasnya.
Penanaman bibit tanaman para pengunjung itu dilombakan dimana 3 bulan tanaman tersebut difoto di lokasi mereka dan kemudian difoto lagi setelah 6 bulan.
“Setelah 3 bulan difoto di lokasi yang sama kemudian setelah 6 bulan lagi nanti difoto, siapa yang tumbuhnya paling bagus itu nanti akan kita kasih semacam apresiasi. Dengan program itu, otomatis semua orang ikut mengkampanyekan untuk gemar menanam, tidak hanya sekedar menanam tapi sekaligus dirawat,” kata Eko.
Eko Susilo menambahkan, pihaknya bersyukur sudah tidak ada lagi sampah di sekitar obyek wisata air, Bahkan, air yang digunakan untuk MCK itu dapat digunakan untuk energi listrik dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kedepan, pengunjung Owabong bisa langsung menikmati air minum Owabong yang bisa langsung diminum di lokasi ini,” pungkasnya. (Kus)
Comment