Sempat Vakum 4 Tahun, Tradisi Kerapan Sapi Pembajak Sawah di Probolinggo Digelar
Probolinggo – Untuk mempererat tali silaturahmi para petani di Kota Probolinggo memiliki cara unik tersendiri. Cara unik tersebut berupa kerap sapi Brujul atau sapi yang biasanya dijadikan alternatif pekerjaan setiap harinya untuk membajak sawahnya.
Selain untuk mempererat tali silaturahmi antar petani, kerapan sapi brujul sejatinya sudah jadi tradisi di wilayah yang terkenal Kota Mangga itu. Meski sempat terhenti akibat Pandemi Covid-19, namun tradisi kerapan sapi brojol ini kembali muncul.
Bahkan, karapan sapi brujul ini sudah masuk dalam warisan tak benda milik Kota Probolinggo yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2019 lalu. Tak ayal antusias masyarakat sangat tinggi bahkan peserta berasal dari daerah Tapal Kuda.
Keunikan lainnya, jika dibandingkan dengan sapi jantan pembajak pada umumnya, namun harga jualnya nanti akan melambung tinggi dengan catatan sapi tersebut sudah sering keluar sebagai juara dalam ajang perlombaan sehingga jadi daya tarik tersendiri bagi pemiliknya.
Sebelum dipertandingkan, pemilik sapi biasanya lebih dahulu memberikan terapi khusus, seperti memijat beberapa bagian diantaranya tubuh, kaki dan bahkan memberikan ramuan atau jamu khusus hasil racikan sendiri yang disiapkan dari rumah.
Sementara untuk lintasan kerapan sapi brujul ini tidak sama dengan sirkuit kerapan sapi pada umumnya. Dalam kerapan sapi brujul ini, lintasan sapi berlumpur jadi tantangan sepanjang 100 meter dan kali ini kerapan sapi brojol ini digelar di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jawa Timur.
“Jokinya rata-rata masih muda atau remaja yang memang memiliki mental dan tidak takut dengan rasa sakit. Karena memang resiko penjoki akan jatuh dan juga dengan lapangan berlumpur yang memang jadi kebiasaan sapi ini setiap harinya jika membajak sawah,” kata Penjoki Sapi Brujul, Solihin, Selasa (11/7/2023).
Sementara itu, Ade Putra, salah seorang pemilik sapi brujul mengatakan, kerapan sapi brujul ini sudah merupakan warisan leluhurnya dan bahkan bisa disebut gelaran tersebut sebagai bentuk pesta para petani di Kota Probolinggo ketika memasuki musim tanam.
“Sampai akhirnya tradisi kami ini sampai hingga ke daerah lain, jadi setiap ada gelaran karapan sapi brujul ini pesertanya tidak hanya diikuti dari Kota Probolinggo saja, tapi dari daerah lain seperti Lumajang, Jember, Situbondo hingga Bondowoso,” pungkasnya. (Risty)
Comment