eportal.id, Malang – Upaya menuju wisata budaya sudah berada pada titik start, dan titik start itu adalah pembentukan Pokdarwis (kelompok sadar wisata), sekaligus rencana kedepan, dan rapat koordinasi tersebut diadakan di balai Desa Tulungrejo.
Rencana tersebut tidak lepas keyakinan warga setempat, terkait keberadaan benda purbakala yang diduga bagian dari bangunan candi, dan candi tersebut dinamai warga, yaitu Candi Ganter.
“Berdasarkan studi banding di Bantul, potensi desanya sama dengan di desa kita. Objek wisatanya kolam, untuk memancing, untuk mainan anak-anak, itu bisa meningkatkan pendapatan warga sekitar,” kata Kades Tulungrejo, Muliadi, Sabtu (29/2/2020).

Lanjutnya, lokasi wisata tersebut diadakan setiap “selapan dino pisan” atau 40 hari sekali. Dari keberadaan wisata itu, penduduknya bisa menambah pendapatan dari penjualan souvenir atau aksesoris, makanan, minuman dan jajanan.
Ia menambahkan, di tempat wisata tersebut, uang tidak berlaku, tapi koin, dan tiap koin bernilai Rp 5.000,-. Koin itu bebas dipakai untuk membeli apa saja di lokasi wisata.
“Kita sudah bernegosiasi dengan pihak perhutani, dan kesepakatan sudah kita buat sama-sama. Kita diarahkan untuk membuat permohonan ke KPH, minimal 20 hektar,” jelas Muliadi.



Dipastikan, hanya warga Desa Tulungrejo saja yang menjual souvenir atau aksesoris, makanan, minuman dan jajanan.
Direncanakan, tiap koin bernilai Rp 5.000,- dan sebagian hasil jualan sebesar Rp 1.000,- disisihkan untuk Pokdarwis, sedangkan Rp 4.000,- untuk penjual.
Pokdarwis sendiri anggotanya semua perangkat desa, LKDPH, Karang Taruna, PKK dan tokoh masyarakat. Secara kesepatan, Yudhi ditunjuk sebagai ketua Pokdarwis Tulungrejo.
Terkait tempat penjualan, akan dibuat gasebo tradisional. Khusus untuk makanan atau minuman, dilarang menggunakan bahan terbuat dari plastik, anti gelas dan anti piring, tetapi dibuat setradisional mungkin, seperti bumbung dan anyaman lidi dari bambu.
Menurutnya, Desa Tulungrejo memiliki modal besar, yaitu arca Dewa Wisnu, Candi Ganter, dan pemandangan sunset. Objek-objek tersebut dinilai sangat potensial mendongkrak ekonomi warga setempat.
“Di desa kita ada banyak situs purbakala, pemandangan sunset yang indah, pengunjung bisa melihat jelas matahari tenggelam, pemandangan Gunung Kelud dan dibawahnya Waduk Selorejo,” ungkap Muliadi.



Sesuai rencana, pembersihan atau penggalian Candi Gentar bukan urusan Pokdarwis, melainkan BPCB, karena BPCB yang memiliki wewenang itu.
Sedangkan Pokdarwis, hanya terkonsentrasi pada pendukung objek wisata. Tahap pertama, event akan dibuat tiap bulan sekali, selanjutnya bisa seminggu sekali, bahkan bisa setiap hari, tergantung kondisi perkembangan daya tarik pengunjung di objek wisata.
Dalam prakteknya, dicontohkan apabila biaya paket wisata sebesar Rp 40.000,- maka Rp 20.000,- untuk transportasi dan Rp 20.000,- untuk makan, sedangkan tiket digratiskan.
Rencana paling awal yaitu memugar arca Dewa Wisnu, yaitu dipagari dan payungi. Sehingga tempat tersebut terlihat terpelihara dan terjaga. (dodik)