Tuntut Kenaikan Kompensasi, Emak-emak Warga Tipar Kidul Kecewa Tak Ditemui Pimpinan Semen Bima

Tuntut Kenaikan Kompensasi, Emak-emak Warga Tipar Kidul Kecewa Tak Ditemui Pimpinan Semen Bima
Tuntut Kenaikan Kompensasi, Emak-emak Warga Tipar Kidul Kecewa Tak Ditemui Pimpinan Semen Bima
Tuntut Kenaikan Kompensasi, Emak-emak Warga Tipar Kidul Kecewa Tak Ditemui Pimpinan Semen Bima

Banyumas – Sekitar 250 emak-emak warga Desa Tipar Kidul, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, berunjuk rasa menuntut kenaikan kompensasi dari Pabrik Semen Bima, pada Kamis (16/01/2025).

Masyarakat mengatasnamakan emak-emak ini, berunjuk rasa dengan long march atau berjalan kaki menuju Kantor Desa setempat dengan membawa sejumlah spanduk bertuliskan tuntutan. Namun sayang, emak-emak dibuat kecewa, upaya mediasi yang difasilitasi Forkompimcam itu tidak dihadiri oleh pimpinan perusahaan (GM), melainkan hanya dihadiri koordinator security dan sejumlah staf pabrik, warga membubarkan diri atau walkout saat mediasi tengah berlangsung.

Sejumlah spanduk yang dibawa pengunjuk rasa diantaranya bertuliskan, ‘kuping budeg sapa sing tanggung jawab’, ‘kenaikan kompensasi harga mati’, ‘mesin pabrik mati apa mundak kompensasine’, ‘kami warga RW 01 minta kenaikan kompensasi’, dan lain sebagainya.

Koordinator Lapangan, Jarot Gunadi menjelaskan, unjuk rasa ini diikuti oleh warga RW 01 yang menuntut adanya kenaikan kompensasi kepada manajemen Pabrik Semen Bima. Aksi unjuk rasa dilakukan lantaran upaya negoisasi selama ini tak membuahkan hasil.

“Kami warga RW 1 secara khusus mengundang pihak GM Pabrik Semen Bima, setelah beberapa kali kita bernegosiasi dengan CSR dan humas, warga tetap menuntut adanya kenaikan kompensasi,” terangnya disela-sela aksi.

Jarot menilai, aksi kali ini adalah upaya untuk menuntut keadilan. Sebab diketahui sebagai desa dengan jarak terdekat dengan lokasi pabrik, justru hanya mendapatkan uang kompensasi bulanan yang jauh lebih kecil dibanding desa-desa lain.

“Faktor utama adalah keadilan, dimana desa-desa lain yang lokasinya justru jauh dari lokasi pabrik itu lebih tinggi (kompensasi). Contoh Desa Sawangan sekitar Rp 15 juta tiap bulan, Desa Kracak yang jauh tempatnya malah dapat Rp 25 juta, tapi kami yang paling dekat lokasinya hanya Rp 10 juta,” terang Jarot.

Menurut Jarot selama ini warga Desa Tipar Kidul yang paling terdampak, seperti gangguan kebisingan, polisi udara, kebocoran, dan bahkan adanya potensi gas yang mengandung zat-zat berbahaya.

“Pimpinan perusahaan maupun pemerintah jangan bicara suara itu masih dalam batas normal. Coba mereka tinggal di wilayah kami, setiap hari setiap saat berdengung tidak pernah berhenti 24 jam setiap harinya. Coba tinggal saja enggak usah lama-lama satu minggu saja, itu bagaimana mereka seperti itu dampaknya,” ujar Jarot.

“Dulu juga sempat ada kebocoran, dan polusi. Apakah ada yang bisa menjamin tidak ada gas yang keluar yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat? Bukan hanya CO² (karbondioksida), ada gas yang lebih berbahaya yang dikeluarkan oleh cerobong asap, yang mengandung zat-zat berbahaya,” sambungnya.

Belum lagi adanya wacana pengolahan limbah B3 dari pihak manajemen pabrik. Padahal menurutnya wacana tersebut belum pernah sekalipun disosialisasikan kepada masyarakat setempat.

“Intinya kami akan tetap menuntut kenaikan kompensasi. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, kami akan menggelar unjuk rasa kembali dengan massa yang jauh lebih banyak,” tandasnya.

Salah seorang warga RT 06 RW 01 Oktaviani sambil menggendong anak balitanya mengaku, jika dampak yang dialaminya selama ini adalah polusi udara, bencana hingga kesehatan. Jika musim kemarau, debu-debu sangat terasa, kalo hujan langsung banjir. Padahal sebelumnya nggak pernah banjir.

Dampak kesehatan, anak saya ini biasanya kalo batuk pilek ya tiga hari sembuh, tapi semenjak ada pabrik, padahal udah minum obat dan ke dokter, sembuhnya itu lama. Mungkin karena debu yang langsung terhirup kalau siang malam itu selalu kepanasan kayak gitu, siang malam itu tidurnya ngga nyenyak,” keluhnya.

Mediasi yang sejatinya diharapkan mampu menyelesaikan persoalan tersebut, hanya berlangsung singkat. Perwakilan dari Pabrik Semen Bima yang hadir dalam mediasi tersebut, enggan memberikan tanggapan kepada media.”(Kus)

Comment