Gawat! Pasokan Lumpur ke Bendungan Mrica Tak Terkendali, Sungai Serayu Kritis

Gawat! Pasokan Lumpur ke Bendungan Mrica Tak Terkendali, Sungai Serayu Kritis
Gawat! Pasokan Lumpur ke Bendungan Mrica Tak Terkendali, Sungai Serayu Kritis
Gawat! Pasokan Lumpur ke Bendungan Mrica Tak Terkendali, Sungai Serayu Kritis

Banyumas – Keindahan sungai Serayu kini airnya tak terlihat jernih lagi, hal itu membuat biota sungai pun nyaris punah. Sementara warga yang bergantung pada tangkapan ikan endemik Serayu, nyaris tidak mendapatkan hasil.

Pelanggan PDAM di kabupaten Banyumas dan Cilacap meradang karena pasokan air baku PDAM yang berasal dari sungai Serayu sering terhenti. Pasalnya, warna air sungai Serayu saat ini coklat bercampur lumpur.

Hal ini menjadi perhatian serius dari pemerhati sungai Eddy Wahono dan pembina Forum Relawan Lintas Organisasi FORTASI saat ditemui di rumahnya pada Rabu (01/05/2024).

Bacaan Lainnya

Serayu adalah sungai Strategis Nasional sepanjang 181 km melewati kabupaten Wonosobo sebagai hulunya, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan bermuara di kabupaten Cilacap. Pengguna air baku yang diolah menjadi air minum hanya kabupaten Banyumas dan Cilacap.

Serayu kritis kata Eddy, penyebab semua ini karena bendungan Mrica atau yang juga dikenal sebagai bendungan Sudirman di Kabupaten Banjarnegara saat ini sedimen lumpurnya sudah sangat mengkhawatirkan karena telah mencapai hampir 87,5 % menutup luasan bendungan Mrica 1.250 hektar sepanjang 6,5 km.

Sampai saat ini cara yang dilakukan untuk mengurangi sedimentasi yang menumpuk hanyalah dengan flushing menggelontor lumpur secara periodik dalam satu minggu setidaknya sebanyak 2 kali atau lebih manakala hulu sedang banjir.

Sedangkan upaya dregging juga diupayakan namun terkendala banyaknya sedimen dan membutuhkan ruang tampungan hasil dregging yang cukup luas.

Bendungan Mrica setiap tahunnya menerima pasokan lumpur sedimen karena kerusakan hulu mencapai 5.000.000 m3, dari daya tampung yang diperkirakan 2.500.000 m3/tahun sehingga mempengaruhi umur teknis bendungan yang didesain untuk 60 tahun.

Hal ini sangatlah disesalkan oleh Eddy karena Flushing gelontoran lumpur dari bendungan Mrica hanya akan memindahkan masalah baru di hilirnya.

Selain akan menyebabkan pendangkalan pada dasar sungai di kabupaten Purbalingga, Banyumas dan kabupaten Cilacap, juga sangat membahayakan kehidupan biota sungai karena singkapan lumpur mengandung amoniak serta kepekatan air bercampur lumpur mengurangi kadar oksigen air, dan membahayakan obyek vital nasional berupa bendung gerak Serayu walaupun pengurasan lumpur selalu dilakukan melalui 8 pintu radial. Sifat lumpurnya sangat pekat dan lekat serta pengendapannya sangat cepat.

Dihubungi melalui telpon Antyarsa Ikana Dani Kabid Operasional Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Yogyakarta menyatakan bahwa permasalahan sedimentasi pada bendungan Mrica berasal dari wilayah hulu dimana sudah terjadi kerusakan akibat alih fungsi lahan yang pasti akan berdampak pada kondisi umur teknis bendungan dan pengaruh pada kondisi hilir sungai Serayu dalam rangka standar operasional prosedur pelepasan/ flushing sedimen yang tertumpuk di bendungan Mrica.

Senada dengan Antyarsa Ikana Dani, Ade Tatang Mulyana Manager Enginering PT Indonesia Power menyatakan PT Indonesia Power Upb Mrica Terus melakukan Update SOP dan Dokumen Rencana tanggap Darurat pengoperasian pintu DDC sebagai sarana untuk kegiatan Flushing sedimen di mulut intake dan bendungan. (Kus)

 

Pos terkait

Comment