Selumbari
Menjelang tengah malam di malam kebahagianmu. Aku masih terjaga dari kantuk yang sempat mengetuk kesadaranku. Pikiran terus saja memaksa untuk melupakan segala sakit, meski keyakinanku berkata sulit.
“Tak masalah bila memang kau bahagia.” Hatiku berkata seolah kau mendengarnya. Pun dengan senyum terpaksa, aku berhalusinasi menghadirkan sosok dirimu di hadapan. Kulihat wajah sedihmu persis seperti yang kulihat selumbari lalu.
Bagaimana pun, esok adalah takdir yang akan kita tempuh, meski dengan jalan yang kini berbeda jauh. Tak perlu memikirkan keadaanku. Justru yang aku khawatirkan adalah kamu yang tak mampu rela akan suratan yang telah digariskan dalam hidup kita.
Aku malah berharap, semua perlakuanmu selama ini, hanyalah sandiwara semata. Dengan begitu, aku lebih mudah untuk melupakanmu. Entahlah … Yang pasti, sesuai kesepakatan, esok hari adalah hari di mana kita saling menghapus nama di ponsel kita masing-masing.
Selamat tinggal masa lalu. Kini, dini hari tersisa satu menit lagi.
Comment