Eportal.id – Menjelajahi wisata alam di Indonesia sangat mengesankan, seperti di Bali yang merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia, (19/9/2024).
Kepedulian menjelajahi para pecinta alam wisata alam minim diminati, ketika para pelaku/masyarakat lebih condong dengan hal kuliner dan shoping di perbelanjaan yang tersedia, hingga memesan lewat media sosial.
Berkembangnya era jaman modern ini membuat pecinta alam nyaris tertinggal, hal ini menjadi PR bagi pemerintah Kota, Kabupaten dan Provinsi untuk merangkul peminat berkunjung di wilayah masing masing.
Mari kita mengulas seperti perjalanan sang penjelajah Sutomo sang pencinta alam, yang didominasi oleh kecintaan terbangun dari kepribadiannya. Ketika menoreh rangkaian beberapa tahun lalu, Pada (27/6/2022).
Bincang bincang dengan Sutomo dan Didi di Gang Palem Jalan Pertengahan Cijantung Jakarta Timur.
Menurutnya Ia dan kawan – kawan memberikan cerita panjang sepintas tentang Gunung Agung, yang memiliki beberapa puncak dan puncak tertingginya, bernama puncak Sejati.
Gunung Agung merupakan gunung favorit bagi para pecinta alam, dan para pendaki gunung, sehingga tak mengherankan, jika gunung Agung Bali selalu ramai pengunjung.
Pada kesempatan kali pertama, yaitu pada Senin 27 Juni 2022, kami (Saya Sutomo dan Ruswanto) berencana untuk mendaki gunung Agung, melalui jalur Pura Agung Besakih.
BACA JUGA: Wisata Alam Bukit Watu Kumpul, Dulu Primadona Kini Mangkrak
Selain melalui Jalur Pura Agung Besakih, ada beberapa jalur pendakian lain, untuk bisa sampai ke puncak gunung Agung, di antaranya bisa melalui Jalur Pura Pasar Agung.
Jalur Pura Agung Besakih, juga biasa disebut dengan Jalur Pengubengan, karena letak basecamp pos pendaftaran pendakiannya, berdekatan dengan Pura Pengubengan.
Kami sampai di Basecamp pendaftaran Pura Pengubengan sekira pukul 20.30 WITA, sebelum melakukan pendaftaran, kami singgah ke warung di dekat Pura Pengubengan, membeli makanan dan minuman untuk bekal pendakian.
Setelah mempersiapkan segala perbekalan pendakian, terutama makanan dan minuman, kami langsung mendaftar untuk mendaki gunung Agung, pada malam hari itu juga.
[irp]
Rencananya kami mendaki gunung Agung secara tektok, jadi langsung menuju puncak gunung, kemudian turun lagi, tanpa menginap (mendirikan tenda) di gunung.
Dalam cerita yang dikemas ini, Dewan Pengurus Daerah Serikat Praktisi Media Indonesia (DPD SPMI) Bogor Raya menilai. Minat para pendaki di seluruh Nusantara ini turun drastis, disebabkan faktor iklim yang dapat berubah.
Seperti diketahui ini seharusnya menjadi perhatian khusus untuk Kementerian Parawisata Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI).
[irp]
Menurut kami para penjelajah pecinta alam, perlu dirangkul dan diberikan perhatian dari pemerintah. Mengapa demikian karena sang pencinta alam akan memberikan masukan dan sumber kekayaan alam kepada negeri ini.
Paling tidak para penjelajah pecinta alam ini dapat memberikan, masukan positif terhadap negara. Bukan dari situ saja kehadiran mereka dapat memberikan angin segar untuk negara.
Seperti apakah angin segar yang dimaksud, untuk memberikan keilmupengetahuanya dapat berguna bagi pemerintah.
[irp]
Letak kelola dapat dirasa dan berguna bagi desa wisata, atau pemerintah kabupaten yang bermukim disana.
Dalam sebuah informasi dan berguna dan dapat dinikmati bagi masyarakat luas, ketika berwisata di tempat yang dituju.
Pencinta alam atau pendaki gunung, berguna pula, mereka dapat memberikan informasi penting seperti Gunung Agung Bali.
[irp]
Kepada bangsa Indonesia, baik pada pemerintah Kabupaten, Provinsi hingga Kota yang mewakili keberadaan mereka.
Masih banyak yang dapat disinggung disini, seperti halnya tentang bencana alam, erupsi gunung yang secara tiba tiba, walau sumber dari BMKG dikemukakan oleh publik.
Peran mereka penjelajah sangat penting untuk dirangkul oleh pemerintah terkait, demi kepentingan bagi bangsa Indonesia. Penulis DPD SPMI Bogor Raya.
[irp]
Comment