Harga Beras Naik, Rombongan Emak-emak Mengais Gabah Sisa Panen
Banyumas – Beginilah kesibukan emak-emak di tengah sawah yang sedang dipanen di desa Candunegara kecamatan Pekuncen, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (6/9/2023) siang.
Terik matahari menyengat tak menyurutkan semangat mereka demi buliran kuning yang harganya selangit.
Satu persatu batang padi yang terjatuh di tanah dikumpulkan di genggaman tangan mereka. Pekerjaan yang awalnya hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, belakangan ini banyak warga yang ikut mengais buliran gabah sisa panen seiring merangkaknya harga beras di pasaran.
Sementara emak-emak yang lain memisahkan buliran gabah yang masih bercampur dengan jerami dan kotoran. Bermodalkan caping, mereka duduk sambil mengais satu persatu buliran gabah yang tertinggal usai digiling mesin kroser.
Mereka berangkat dari pagi hingga sore, dan selalu berpindah-pindah mencari lokasi sawah yang sedang dipanen. Hampir semua areal sawah di wilayah Banyumas pernah disambangi bersama emak-emak yang lain.
Dalam sehari mereka bisa memperoleh 2 hingga 3 kilo gram gabah. Gabah hasil mengais kemudian dikumpulkan, setelah terkumpul gabah dikeringkan terlebih dahulu lalu digiling menjadi beras.
Mereka mengaku melakukan pekerjaan ini karena sejumlah kebutuhan pokok di pasaran sudah mulai naik sejak kemarau melanda. Dari pekerjaan mengais gabah ini, mereka berharap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan dapur tetap mengepul.
“Saya cari gabah buat makan, saya sudah tua dan tidak punya pekerjaan. Pekerjaan ini dilakukan karena harga beras mahal di warung ada Ep13-14 ribu/kg. Harga itu sangat memberatkan. Sehari paling dapat 2kg”, kata ibu Wasem pengais gabah.
Sementara warga lain, Lasiyem mengaku bahwa kenaikan harga beras sangat memberatkan terlebih dengan tingginya kebutuhan anaknya yang masih sekolah. Ia pun berharap agar harga beras bisa turun.
“Harga beras naik sangat memberatkan apalagi harus mukir biaya sekolah anak. Keinginan saya harga beras turun, jangan mahal. Sekarang harga beras sampai Rp12 ribu/kg bahkan lebih”, kata Lasiyem pengais gabah sisa panen.
Sementara tukang tebas padi membiarkan warga yang mengais buliran padi, mereka hanya mengawasi dari kejauhan. Tukang tebas menganggap gabah sisa panen itu adalah sampah atau kotoran sehingga tak menegur mereka.
“Saya memperbolehkan warga pada mungut gabah karena itu sampah jadi saya biarkan saja. Biasanya warga banyak yang pada mungut. Harga gabah basah Rp500/kg sedangkan gabah kering Rp550/kg”, kata Dalam tukang tebas.
Merangkaknya harga gabah dan beras ini dikarenakan musim kemarau, musim tanam serta musim panen raya tidak sama serta petani mengalami gagal tanam. (Kus)
Comment