Pengasuh Ponpes Nurul Jadid Paiton Kiai Hamid Dapat Gelar Dato’ Oleh Tokoh Adat Melayu
Probolinggo – Salah satu Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Jadid (NJ) Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, K.H. Abd. Hamid Wahid mendapat anugerah gelar Dato’ Guru pada saat kunjungan ke pulau Belakang Padang, Batam, Senin (12/6/2023).
Gelar tersebut diberikan langsung oleh Lembaga Adat Melayu Kecamatan Belakang Padang, Batam. Penobatan gelar dilakukan oleh tokoh sesepuh adat Melayu, salah satunya yakni, Dato’ H. Said Hasyim Alattas.
Menurut tokoh setempat, Jaelani mengatakan, jika penganugerahan gelar dilakukan atas dasar kapasitas dan kapabilitas serta kontribusi Kiai Hamid turut serta membangun masyarakat setempat, melalui pendidikan dan dakwah Islam moderat dan dapat diterima oleh masyarakat.
“Kedatangan Kiai Hamid ke Batam dan khususnya ke Pulau Belakang Padang ini menegaskan kiprah dan kontribusi beliau dalam mendukung serta mendorong kemajuan masyarakat, khususnya di pulau Belakang Padang ini,” kata Julaeni, Selasa (13/6/2023).
Tak hanya itu, menurut Jaelani, Kiai Hamid, begitu sapaan karibnya, juga terdapat ikatan historis antara masyarakat setempat dengan sang ayahanda yakni KH. Abdul Wahid Zaini di era 90-an dan terlibat aktif berbagai kegiatan masyarakat setempat.
“Ayah beliau, di era 90 juga aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan masyarakat di Batam, khususnya di bidang pendidikan dan dakwah. Jadi kedatangan Kiai Hamid saat ini semacam menjadi episode lanjutan dari perjuangan Kiai Wahid dulu,” tambah Jaelani.
Sementara itu Kiai Hamid mengatakan, untuk penganugerahan gelar Dato’ Guru itu memiliki urgensi bukan bagi dirinya sebagai individu saja. melainkan bagi seluruh proses dan ikhtiar masyarakat Batam umumnya dalam upaya mencapai masyarakat yang madani.
“Selain itu, penganugerahan gelar ini menandai penerimaan masyarakat terhadap pelayanan, perjuangan dan pengabdian kaum santri di tengah-tengah masyarakat Balakang Padang ini,” ungkap Kiai Hamid.
Terlebih lagi, lanjut Kiai Hamid, di Batam ada santri-santri, meski jumlahnya tidak sebanyak di Jawa, tapi yang perlu diingat bahwa tidak ada bekas santri. Kesantrian itu dibawa sepanjang hayat dan harus terus dihidupkan melalui perjuangan dan pengabdian kepada masyarakat.
“Jadi jika selama di pondok tugas santri adalah belajar dan mengabdi, mengaji dan membina akhlakul karimah, maka tugas itu terus menjadi tanggung jawab seorang santri ketika ia telah kembali ke masyarakat,” paparnya.
Acara penganugerahan gelar Dato’ Guru kepada Kiai Hamid itu dilakukan di tengah kunjungan silaturahmi keluarga pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, bersama Pengurus P4NJ Batam ke kecamatan Belakang Padang, Batam.
Sebelumnya, dalam kunjungan ke Batam kali ini, Kiai Hamid juga meresmikan PP. Nurul Jadid Batam yang didirikan oleh H. Haerul Saleh, tokoh masyarakat dan pengusaha terkemuka di Batam. (Risty)
Comment