eportal.id, Kamerun – Sejatinya, setiap negara atau pun daerah di dunia ini pasti memiliki tradisi yang telah dilestarikan sejak lama.
Entah budaya yang bersifat unik, horor dan mengerikan atau bahkan yang bersifat ekstrem yang membuat lidah kita tak mampu berkata-kata.
Budaya dan tradisi yang dimiliki biasanya dimanfaatkan sebagai daya tarik khusus untuk menarik minat turis atau wisatawan.
Seperti di Kamerun, salah satu negara yang terletak di benua Afrika ini memiliki tradisi unik namun sangat ekstrem.
Tradisi tersebut sangatlah mengerikan bagi kaum perempuan, yaitu tradisi meratakan atau menyetrika payudara dengan menggunakan batu panas atau palu.
Ya, tradisi ini telah dilakukan selama ratusan tahun terakhir. Ironisnya, sebagian besar pelaku adalah ibu korban.
Tradisi setrika payudara ini bertujuan untuk melindungi para perempuan Afrika dari tindak pemerkosaan dan hamil di bawah umur. Dan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segala bentuk aktivitas seksual pada remaja perempuan.
Kaum perempuan di Kamerun beranggapan bahwa jika perempuan memiliki payudara rata, maka lelaki tak akan tertarik untuk mendekati dan memerkosa mereka.
Tradisi setrika payudara juga dilakukan sebagai bentuk usaha untuk mencegah tumbuhnya payudara pada anak gadis Kamerun.
Oleh karena itu, tindakan memijat dan menyetrika payudara dengan menggunakan batu panas dilakukan kaum ibu segera setelah si anak gadis memasuki masa puber.
Bahkan lebih ekstrem lagi, pada sebagian remaja tindakan ini dilakukan saat mereka memasuki usia delapan tahun.
Sementara bagi keluarga kaya di Kamerun, tradisi setrika payudara dilakukan dengan cara menekan organ sensitif ini dengan karet elastis sekecang-kencangnya.
Hampir tidak ada anak perempuan yang melakukannya protes. Mereka percaya, apa yang ibu mereka lakukan adalah untuk kebaikannya. Bahkan tidak ada anak yang berani mengatakan ritual ini pada siapapun, bahkan ayahnya sekalipun.
Di sisi lain, sebuah yayasan perempuan di Inggris mengungkap bagaimana tradisi setrika payudara bisa merusak jaringan payudara dan berisiko tinggi tumor, kanker, abses, sulit ASI, infeksi, tidak simetris payudara hingga hilangnya satu atau kedua payudara.
Tradisi ini belum terlalu populer di dunia, sehingga dokumentasi mengenai aktivitas ini masih sangat minim.
Hal ini juga dipicu kultur tertutup yang dimiliki warga setempat. Mereka seringkali menolak untuk dipotret karena merasa malu karena payudara mereka terlihat.
Saat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, para gadis ini mengenakan kemben yang terbuat dari karet dan sangat ketat untuk meratakan siluet payudara
Penulis Leyla Hussein pada Cosmopolitan mengatakan, payudara anak perempuan 11-15 tahun akan dihancurkan dengan cara apapun. Ibu mereka bahkan berani menjamin, cara ini bisa membuat puterinya memiliki semangat untuk sekolah ketimbang menikah.
“Bagaimanapun, kata-kata budaya, tradisi atau kepercayaan tertentu seperti ini tidak masuk akal. Tubuh perempuan dianggap tidak aman, bahkan di negara mereka sendiri,” ucap Leyla, seperti diberitakan Dailymail, Selasa (13/10/2015). (rnd)
Comment