Warga Adat Desa Serangan Resah, Tersus LNG Tak Kunjung Dibangun 

Warga Adat Desa Serangan Resah, Tersus LNG Tak Kunjung Dibangun 
Warga Adat Desa Serangan Resah, Tersus LNG Tak Kunjung Dibangun 
Warga Adat Desa Serangan Resah, Tersus LNG Tak Kunjung Dibangun

Bali – Warga Desa Adat Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar mempertanyakan keberlanjutan pembangunan Tersus LNG, yang ada di Sidakarya, lantaran sampai sekarang belum ada kabar.

Mereka berharap agar Tersus LNG segera direalisasikan, karena akan memberikan dampak positif bagi warga. Hal tersebut disampaikan oleh I Wayan Loka, Warga Desa Sarangan.

“Setelah ada kesepakatan dan kami mendukung, kok sampai sekarang belum ada tanda-tanda mau dibangun, ada apa ini. Secara umum kami sudah mendukung, tidak ada masalah, bahkan berharap agar kesepakatan terkait manfaat yang nantinya diperoleh warga bisa segera terealisasi,” jelas Wayan Loka, kepada media, (8/6/2023).

Bacaan Lainnya

Sebelumnya Wayan Loka mendapat kabar, jika Tersus LNG akan dibangun ditengah laut, namun jika benar di tengah laut maka warga tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena tidak memberikan manfaat langsung kepada mereka.

“Seandainya itu memang akan dibangun ditengah laut, kami tidak akan dapat apa-apa, buat apa kami mendukung dan membuat kesepakatan kemitraan,” ujarnya.

Kemitraan yang dimaksud, menurut Wayan Loka adalah semacam MOU atau kesepakatan yang pernah dibuat antara warga dengan PT DEB terkait kompensasi yang akan mereka peroleh jika Tersus LNG di Sidakarya.

“Kita sudah menyepakati beberpa hal diantaranya adalah bagaimana meningkatkan pendapatan bagi desa Serangan dengan sistem dividen proporsional dengan Bumdes,” tambahnya.

Karena desa Serangan ini nantinya yang paling terkena dampak dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial. Nantinya akan dikembangkan Dermaga yang selama ini dikelola oleh Warga, tidak hanya itu, Pemerintah Kota juga akan mendapatkan tambahan pemasukan.

Menurut Wayan Loka, pendapatan yang diperoleh Desat Adat digunakan untuk membiayai acara-acara ritual keagamaan, yang setiap bulan berganti-ganti dari Pura-Pura yang ada di sekitar lokasi dan kegiatan Melasti.

“Untuk biaya ritual keagamaan, jadi lebih meringankan warga, karena membutuhkan biaya yang cukup besar,” ujarnya.

Sementara hasil timbunan bisa dimanfaatkan untuk mencegah abrasi di sekitar lokasi Melasti.

Selama ini sudah ada sumber pendapatan dari demaga, namun jika ada Terminal LNG mereka berharap akan ada peningkatan. Selain terkait dengan sosial keagamaan, Warga juga berharap SDM yang ada di desa mereka bisa ikut bekerja di Terminal LNG.

“Proporsional saja, sesuai kemampuan SDM yang ada agar bisa ikut bekerja di Terminal LNG,” ujarnya.

Tak kalah pentingnya adalah warga juga bisa merasakan penataan kawasan yang ada disekitar lokasi, karena kebetulan sepanjang jalan Serangan banyak tersedia wisata kuliner. Namun perlu ditata dan disediakan lahan parkir dan sebagainya.

“Nantinya material keruk untuk menimbun, pinggir-pinggir jalan sehingga bisa untuk tempat kuliner dan parkir,” jelasnya.

Bahkan kalau sampai dibangun jogging track akan membuat manfaat bagi warga semakin nyata, karena bisa untuk olahraga dan tempat bermain anak-anak.

Bagi Wayan Loka, yang penting adalah bagaimana kontribusi nyata untuk warga. Karena itu menjadi harapan manakala, Tersus LNG belum kunjung dibangun.

“Di tingkat desa dan warga tidak ada masalah yang timbul, lantas dimana lagi persoalannya. Apakah ada hal lain di pusat?,” ujar Wayan Loka mempertanyakan.

Ia berharap pemerintah untuk segera bisa memutuskan dengan bijak, karena warga menunggu kesepakatan yang sudah dibuat dengan pengelola bisa segera di jalankan.

“Kalau dibangun ditengah laut maka hanya menguntungkan pemerintah pusat saja, kami tidak mendapatkan apa-apa,” pungkasnya. (red / fery)

Pos terkait

Comment