eportal.id, Jakarta – Di balik teror virus corona sebenarnya sudah pernah ada, dan berkembang menjadi berbagai macam jenis virus, akibat modifikasi genetic. SARS yang pertama kali teridentifikasi di Guangzhou – China di tahun 2002, adalah virus corona. Tiba-tiba muncul virus baru di Wuhan, disebut virus Disease 2019 atau covid-19.
Penyebarannya lebih pesat dari virus-virus corona lainnya, seperti SARS dan MERS, dalam waktu 1 setengah bulan Covid-19 sudah menyebabkan kematian puluhan ribu orang.
Dari tingkat presentase tingkat kematian, sebenarnya Covid-19 yang paling kecil tingkat kematiannya, karena hanya 3,4%. Sedangkan virus corona SARS lebih tinggi tingkat kematiannya sebesar 9,6%, dan yang paling bahaya sebenarnya adalah virus MERS, tingkat kematiannya mencapai 34,3%.
Tapi, karena tingkat penyebarannya paling pesat, virus corona Covid-19 paling banyak penularannya dari yang lainnya. Meskipun tingkat persentase kematiannya rendah, tetapi jumlah kematian yang diakibatkan, lebih banyak dari SARS ataupun MERS.
Tingkat penyebaran Covid-19 ini begitu ekstrim, tidak seperti virus pada umumnya, padahal virus telah ada puluhan hingga ribuan tahun lalu. Manusia telah berdampingan dengan virus lainnya, kenapa tiba-tiba muncul virus baru yang berkembang begitu cepat ?
Kalau kita lihat kebelakang, pandemik yang termasuk wabah penyakit yang melanda pada Perang Dunia 1, tahun 1918, flu awalnya adalah semacam produk senjata biologis, dan di tahun 1918 itu, flu belum ada obatnya. Korban kematian akibat flu pada tahun 1918, berjumlah 50 juta orang di seluruh dunia.
Ribuan dokumen rahasia yang sudah boleh dipublikasikan dari militer, dapat dikonfirmasi, masa perang dingin, militer AS melakukan serangkaian test rahasia pada penduduk yang tak berdosa di kota St. Louise. Pemerintah AS meracuni warganya sendiri dengan eksperimen senjata biologis.
Lalu, bagaimana dengan corona Covid-19 ini, apakah virus ini Natural atau rekayasa genetik, yang menyebar begitu pesat?
Dikutip dari penelitian laboratorium virology yang kredibel di Science Direct, mereka sudah melakukan eksperimen modifikasi genetic pada virus corona pada tahun 2017, kuncinya adalah asam amino.
Apabila mereka ingin membuat virus corona berhenti menyebar, harus dikurangi asam aminonya, sedangkan jika ingin virus corona menyebar lebih pesat, mereka bisa menambahkan asam aminonya, dan itulah yang terjadi.
Covid-19 menyebar begitu pesat, karena ada tambahan asam amino pada virus corona yang sebelumnya sudah ada.
Menurut Prof. Chi Tai Fang dari National Taiwan University, penambahan asam amino pada virus corona sangat tidak wajar, biasanya mutasi virus tidak radikal seperti itu, aneh tiba-tiba virus corona mempunyai banyak asam amino.
Ketidakwajaran itu, diduga adanya campur tangan laboratorium, dengan menambahkan asam amino pada virus corona, agar virus tersebut cepat menyebar.
Sumber data kredibel lainnya adalah dari Prof. Dr. Francis Boyle, yang membuat undang-undang senjata biologi di Amerika, ia menyatakan bahwa Covid-19 adalah senjata perang biologi yang offensive.
Informasi kredibel lain, dapat kita peroleh dari US National Library Of Medicine, Departemen Kesehatan Amerika serikat. Mereka, sejak tahun 2003 mengungkapkan, indikasi penggunaan wabah flu sebagai senjata biologi.
Serangan sejenis wabah flu corona di seluruh penjuru dunia, sudah diprediksi oleh Bill Gates sang pendiri Microsoft sejak tahun 2015. Hal itu dikatakannya saat kampanye bencana virus flu tahun 2015, saat ini resiko terbesar bencana global bukanlah seperti ini (bencana nuklir) melainkan bencana ini (bencana virus).
Jika ada yang membunuh lebih dari 10 juta orang dalam beberapa puluh tahun ke depan, kemungkinan adalah virus berdaya infeksi tinggi, bukan peperangan. Disebabkan alami atau sengaja dibuat, adalah hal yang mungkin menyebabkan kematian 10 juta orang.
Tujuan dari kampanye yang dilakukan oleh Bill Gates ini, agar semua negara di dunia siap-siap keluarkan dana di bawah kendali mereka.
Kejanggalan lainnya, menurut sumber data yang kredibel, penyebaran virus corona sudah disimulasikan selama 2 bulan, sebelum virus ini mewabah di Wuhan, hasil simulasi tersebut Covid-19 menyebabkan kematian 65 juta orang.
Mereka mensimulasikan dampak dari Covid-19 ini di New York – Amerika Serikat, sebelum virus tersebut teridentifikasi di Wuhan.
Simulasi tersebut dilakukan oleh Johns Hopkins University and Medicine, mengenai penyebaran virus corona. Penyebaran virus corona 2019 ini, sudah di desain dan direncanakan dengan sangat matang.
Dari virus corona ini, yang akan diuntungkan adalah Elit Global, yaitu segelintir orang yang sangat kaya dan powerful yang menguasai ekonomi, politik, militer, intelijen, sains, bisnis dan media massa dunia.
Selain itu, pihak yang diuntungkan dari wabah virus corona ini, adalah Iluminati atau The New World Order, dan semua presiden Amerika adalah kaki tangan elite global.
Langkah pertama, mereka merencanakan problem, yaitu dengan menciptakan krisis (ketakutan), semua orang merasa panik, karena tak mungkin bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, dan seolah-olah, mereka membantu korban, tapi sebenarnya mereka ingin memeras.
Mereka dulu menggunakan jurus bandit elit global, diantaranya untuk memajukan undang-undang Federal Reserve tahun 1913 (Bank Sentral Swasta AS).
Bagaimana bisa ada Bank Swasta di AS, dulu mereka membuat jurus problem, reaksi dan solusi di tahun 1907, yaitu dengan membuat problem, isu masalah di sebar, ada bank kalah clearing, dan tidak ada uang di Wall Street.
Padahal, pada saat itu tidak ada masalah apapun di Wall Street. Mereka bisa melakukan rekayasa, dan langkah tersebut, karena merekalah penguasa Wall Street.
Langkah kedua ciptakan reaksi, lewat media-media massa, mereka menebarkan adanya krisis keuangan yang sangat parah, dan masyarakat pun panik, jadilah krisis nyata, karena teror ketakutan.
Para dewan keuangan lalu membuat kampanye nasional saat itu, diantaranya JP Morgan, JD Rockkefeller, Jacob Warburg, dan Paul Warburg, dengan nama kampanye banker elite, di dalamnya berisi “Ekonomi akan runtuh! Kita butuh otoritas moneter yang baru”.
Langkah ketiga, mereka buat solusi dengan membuat undang-undang bank sentral swasta, seolah-olah untuk menyelamatkan perekonomian, maka diundangkanlah Federal Reserve Act yang didirikan pada tahun 1913, dan setelah didirikan, terjadilah perang dunia 1 di tahun 1914.
Tahun 1929, terjadilah The Great Depression, Amerika Serikat yang adi kuasa itu secara teknik, sebenarnya sudah bangkrut di tahun 1933, karena itulah, dibentuk UU Federal Reserve Act.
Oleh karena itu, ketiga jurus tersebut, digunakan lagi oleh elite global, menggunakan virus corona Covid-19.
Yang pertama adalah ciptakan problem, dengan menyebarkan virus corona, dan yang dijadikan kambing hitam, sebagai awal penularannya adalah China (seolah-olah virus corona menyebar di dunia akibat China), negara berpenduduk terbanyak, sekaligus untuk melumpuhkan perekonomiannya.
Menurut Menteri Luar Negeri China dan para saintis disana, virus corona sengaja disebar di Wuhan oleh tentara Amerika, yang mengikuti Military World Games di Wuhan.
Kedua, ciptakan reaksi, dengan panik global yang dimuat media-media massa yang dimiliki elite global.
Waktu awal, jumlah kematian akibat wabah corona masih sedikit, tapi mereka berusaha merekayasa, untuk menciptakan panik massa.
Berbagai media massa dan organisasi-organisasi internasional, secara sistematis menciptakan panik global, diantaranya CNN, NBC, Fox News, Al Jazira, ABC, Youtube, Facebook, Twitter, dan Instagram.
Begitu juga dengan Lembaga atau Badan seperti WHO, PBB akhirnya menginstruksikan negara-negara didunia untuk lockdown, akibat wabah corona COVID-19. Ujungnya, ekonomi hancur dan mata uang anjlok, pasar modal hancur, dan perbankan stop salurkan kredit, karena ini memang tujuan mereka.
Ketiga, mereka akan berpura-pura untuk menawarkan solusi. Solusi pertama adalah vaksin. Elite global melalui kaki tangannya seperti PBB dan WHO, akan menginstruksikan negara-negara untuk mengeluarkan anggaran penanganan virus dibawah kendali mereka.
Solusi kedua, mereka akan datang pura-pura menawarkan solusi menyelamatkan ekonomi, dan utang-utang baru akan dikucurkan. Negara-negara didunia akan tenggelam dengan utang-utang yang tak akan mampu untuk dibayar.
Mereka bisa menawarkan utang milyaran dollar, karena mereka bisa mencetak uang dari modal dengkul.
Caranya yaitu dengan menerbitkan bond (surat utang) tanpa jaminan.
Bond dibeli oleh Federal dengan bunga kecil, lalu Federal tinggal mencetak angka-angka digital direkening, yaitu uang giral termasuk uang eletronik.
Kemudian kreditur seperti IMF, dan lain-lain, akan meminjamkan modal dengkul tersebut ke negara-negara lain yang sedang krisis dengan bunga yang lebih tinggi.
Misalnya, mereka pinjam dengan bunga 0,5% dan mereka kasihkan dengan bunga 5% pertahun, sehingga modal dengkul dapat selisih bunga milyaran dollar, dan utang kita semua akan bertambah pasca krisis corona, begitulah cara ngeruk uang dari krisis.
Keuntungan lainnya, akibat runtuhnya perekonomian akibat lockdown, harga-harga saham dipasar modal akan anjlok, mereka borong dengan harga murah, dan kredit bank akan macet.
Perekonomian di dunia sengaja dibuat hancur, sehingga tak ada yang bisa bayar hutang, akibatnya nilai tukar uang hancur semua.
Apabila mata uang di seluruh dunia sudah hancur, dan tidak bisa membayar hutang-hutang, maka dibuatlah mata uang tunggal New World Order.
Diciptakanlah krisis-krisis, seperti perang dan terorisme, global warming, krisis virus dan lockdown, mengakibatkan krisis perekonomian yang berkepanjangan, dan krisis mata uang, barulah seluruh negara mau menerima mata uang tunggal tersebut.
Mata uang tunggal dunia, bukan dalam bentuk kertas atau kartu ATM, melainkan melalui chip yang ditanam ditubuh anda. Maka, tuntaslah misi mereka menjadi “tuhan” didunia, dan kita semua adalah budaknya.
Persis seperti hewan ternak yang ditanamkan chip ditubuhnya. Apabila anda memberontak, tinggal memencet tombol, dan chip tersebut akan membunuh anda. Sebelum semua itu terjadi, waspadalah terhadap virus corona.
Virusnya memang ada, dan daya sebarnya sangat pesat, karena ada modifikasi asam amino didalam virus, tapi tak kalah bahayanya adalah virus ketakutan, dan histeria lewat media massa atau medsos.
Semua itu didesain agar terjadi lockdown, ekonomi lumpuh, dan rakyatpun melemah sehingga semua tunduk pada New World Order.
Padahal, menurut lembaga resmi di Amerika Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di AS tahun 2018 hingga 2019 lalu, sebelum ada virus corona, tercatat ada 34 ribu lebih akibat flu biasa.
Di akhir maret, tercatat di Amerika 2.200 orang mati, karena virus corona, itupun belum tentu di visum. Bulan maret kalau di kali 4, setahun 10 ribu orang, masih dibawah tingkat kematian flu biasa tahun lalu, yaitu sebesar 34 ribu orang.
Tapi, propaganda lockdown begitu luar biasa, supaya ekonomi Amerika lumpuh, sebab dalangnya bukanlah pemerintahan Amerika atau Donal Trump, melainkan kaki tangan elite global yang mengontrol presiden di negara-negara maju.
Para elite ini adalah globalis, mereka tidak peduli rakyat amerika ataupun rakyat negara-negara lainnya mati, karena virus ataupun perang.
Disisi lain dikatakan seorang pemenang hadiah nobel dari Departemen Biofisika Stanfold yang menganalisa perkembangan virus corona diseluruh dunia, bahwa penanggulangan virus corona akan lebih cepat dari perkiraan orang.
“Yang diperlukan adalah penanggulangan panik dan paranoid kita sendiri. Kita akan baik-baik saja”, katanya. (Dodik)
…
“Teori Konspirasi: Problem, Reaksi dan Solusi, di Balik Teror Virus Corona”
Comment