Tradisi Melubangi Bibir, Cantik Itu Menyakitkan Bagi Wanita Suku Mursi

Tradisi Melubangi Bibir, Cantik Itu Menyakitkan Bagi Wanita Suku Mursi. (foto: HomoLogos)
Tradisi Melubangi Bibir, Cantik Itu Menyakitkan Bagi Wanita Suku Mursi. (foto: HomoLogos)

eportal.id, Jakarta – Istilah beauty is pain layak disematkan kepada wanita Suku Mursi di Ethiopia, Afrika Timur.

Bagi mereka, cantik adalah bibir bagian bawah yang dilubangi dan dimasukkan piring atau benda bulat lainnya.

Cantik itu menyakitkan, begitu yang sering dikatakan oleh sebagian wanita. Harus perawatan maksimal dengan biaya besar dan tak jarang harus menahan rasa sakit.

Bacaan Lainnya

Namun bagi wanita suku Mursi di Ethiopia, cantik benar-benar menyakitkan dalam arti kata sebenarnya.

Suku Mursi atau sering disebut Suku Omo tinggal di kawasan lembah dan dekat Sungai Omo di bagian selatan Ethiopia. Kawasannya disebut Omo Valley yang berjarak 438 kilo meter dari Adis Ababa, ibukota Ethiopia.

Suku Mursi sudah dikenal sebagai salah satu suku yang unik di dunia. Ini tak lepas dari kebiasaan para wanitanya, yang memiliki piringan di bibirnya.

Piringan yang bundar dengan ukuran cukup besar, dan menggantung di bagian bawah bibirnya.

Tradisi Melubangi Bibir, Cantik Itu Menyakitkan Bagi Wanita Suku Mursi. (foto: bluedottravel)
Tradisi Melubangi Bibir, Cantik Itu Menyakitkan Bagi Wanita Suku Mursi. (foto: bluedottravel)

 

Bagi sebagian orang, itu adalah penampilan yang cukup unik namun mengerikan. Tapi bagi pria Suku Mursi, wanita yang seperti itu adalah wanita yang cantik.

Ternyata, piringan di bibir sudah menjadi simbol kecantikan bagi wanita Suku Mursi sejak ratusan tahun yang lalu.

Selain sebagai simbol kecantikan wanita, piringan di bibir juga berfungsi sebagai simbol kedewasaan seorang wanita dan siap untuk menikah.

Uniknya, jika ditemukan wanita yang tidak memiliki piringan di bibirnya, maka wanita itu dicap sebagai pemalas dan akan dikucilkan dalam pergaulan.

Selain sebagai simbol kecantikan dan kedewasaan seorang wanita, ada hal yang tak kalah menarik lainnya, yaitu mas kawin.

Semakin besar ukuran piringnya, semakin besar pula mas kawin yang harus diberikan pihak pengantin pria.

Maka jangan heran, jika melihat wanita suku Mursi dengan piring di bagian bibirnya saat berkunjung ke Omo Valley. Jumlah populasi mereka, sebanyak 10.000 jiwa.

Piring yang dimasukan ke bibir wanita suku Mursi terbuat dari tanah liat, dengan diameter piring rata-rata 10 cm, bahkan ada yang bisa mencapai 20 cm.

Lalu bagaimana cara memasukan piringan sebesar itu ke dalam bibirnya?

Untuk menjalani ritual kecantikan ini, para wanita suku Mursi terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syaratnya. Seperti harus berusia 15-17 tahun atau sudah mengalami masa puberitas.

Jika syaratnya sudah terpenuhi, sang orang tua dari gadis itu akan membuat lubang terlebih dulu di bagian bawah bibir.

Sang ibu yang bertugas untuk menyiapkan alat semacam pisau kecil yang tajam. Lalu sang ayah, bertugas untuk menahan badan dan menutup mata si gadis dan menenangkannya.

Setelah pisaunya sudah tajam, barulah bibir bagian bawah ditarik dan dilubangi sampai tembus.

Darah segar pun mengalir dari bibir si gadis tersebut. Kemudian batang bambu berukuran kecil akan dimasukkan ke bagian yang telah dilubangi.

Tentu saja ini sangat menyakitkan bagi si gadis, namun ia harus menahan rasa sakit, bahkan sampai menangis.

Itulah sebabnya dikatakan bahwa cantik itu menyakitkan dalam artian sesungguhnya bagi wanita suku Mursi di Ethiopia.

Setelah beberapa hari kemudian, bambu kecil yang ada di lubang bagian bawah bibirnya diganti dengan piringan berukuran kecil.

Waktu terus berjalan, piringannya pun diganti dengan ukuran yang lebih besar. Lubang di bagian bawah bibirnya pun makin elastis dan mampu memuat ukuran piring yang makin besar.

Jika piringnya diganti atau dicabut, maka kita akan menyaksikan para wanita suku Mursi ini dengan bibirnya yang bolong. Dan ukuran dari piringan tiap wanita berbeda-beda.

Saat seorang wanita suku Mursi sudah menikah, maka ia akan memakai piringan yang diberikan oleh sang suami.

Tradisi melubangi bibir ini terus dilakukan oleh Suku Mursi hingga saat ini dan terus dilakukan kepada generasi-generasi mudanya.

Bagi kita, tradisi mereka yang menganggap simbol kecantikan berupa piring besar di bibir mungkin sedikit aneh bahkan terlihat mengerikan dan juga sangat sakit.

Tapi bagi wanita Suku Mursi, itu adalah suatu kecantikan identitas dan lambang kedewasaan seorang wanita. Jadi tidaklah salah jika tradisi melubangi bibir dikatakan cantik itu menyakitkan. (rnd)

Pos terkait

Comment